TUHAN JUGA MEMPUNYAI BATAS KESABARAN


Hidupnya manusia di dunia ini tidak hanya ratusan tahun bahkan telah ribuan tahun lamanya ngobral kefasikan.Fasik adalah perbuatan terkutuk dihadapan Allah. Betapa tidak, bernafaspun manusia ini tidak bisa apalagi hingga berdaya dan bertenaga kalau tidak dengan Tuhan. Namun mana dan berapa gelintir yang berkehendak mengenali DiriNya Zat Yang Wajib Wujudnya, Zat Yang AL-Ghaib yang nyata-nyata dekat sekali keberadaanNya? Lalu mendzikiriNya. Lalu dijadikan tujuan hidup untuk didekati hingga selamat bertemu lagi dengan DiriNya? Yang terjadi justru memperalat DiriNya Ilahi untuk memenuhi kepentingan-kepentingannya berdunia dengan nafsunya dan watak akunya. Hingga Al Quran yang 30 juz jumlahnya dan tidak ada keraguan perihal kebenaran Ada dan Wujud DiriNya Yang Mutlak, hidayah bagi muttaqien, telah tidak diyakini lagi. Sebabnya tidak lain karena harus memenuhi iman kepada AL-Ghaib.

Satu-SatuNya Zat Yang Gaib, Allah AsmaNya, jelas dan nyata sangat mudah serta sangat indah untuk diingat-ingat dan dihayati dalam rasa hati karena saking dekatnya., telah didustakan dan diingkari. Karena untuk sampai seperti itu harus bertanya kepada ahlinya.Hanya karena kini telah tiba saatnya Qudratullah dengan Kun FayakunNya, memunculkan Al-HaqNya (Kebenaran Ada dan Wujud DiriNya hingga kental dalam rasa jiwa=sejati=yang diseja (dituju) oleh hatinurani, maka tulisan ini diturunkan.Sedang Dabbah sebagaimana yang dimaksud oleh firmanNya sebenarnya adalah kekasihNya yang karena keberadaannya selalu didustakan, ajarannya dianggap mengada-ada., bahkan layak untuk difitnah dan dihabisi sampai keakar-akarnya, dimisalkan olehNya bagai sejenis binatang melata. Dia sendiri, si Dabbah ini, hidup sehari-harinya memang selalu melata di dalam bumiNya memenuhi seruan Tuhannya supaya wasjud waqtarib. Yaitu selalu berjihadunnafsi supaya secara utuh mengikut jejak para Malaikatul muqorrobin yang rela berlaku sujud (=makna patuh dan tunduk kal-mayyiti) kepada wakilNya Tuhan di muka bumi. Yakni wakil yang secara persis dan yakin tahu dan kenal pada DiriNya Sang Muwakkal hingga hatinurani roh dan rasanya juga selalu berada pada DiriNya Zat Yang meski AL-Ghaib, dirasakan sangat dekat sekali.Bahkan hanya DiriNyalah Satu-satuNya yang dirasa Wujud dan Yang dirasa Ada adalah wakilNya Allah di bumi sebagai ahli dzikir dan al-Haadi (Sang penunjuk) terhadap adanya ilmu untuk mengenal dan mengetahui Keberadaan DiriNya Zat Yang Al-Ghaib serta jalan lurus hingga dengan selamat dan bahagia bertemu lagi dengaNya.

Dabbah yang hamba kekasihNya ini adalah ahli al kurub. Ahli prihatin. Setiap hari hidupnya selalu mengadili dirinya sendiri supaya tidak mudah ditipu oleh nafsunya. Apalagi hingga diperintah dan dijajah. Waqtaribnya, cita-cita mendekatnya diri kepada Ilahi hingga sampai, menyadarkan sebagai hamba yang al-faqir. Karena rasa taubatnya sebagaimana tangis taubatnya Nabi Yunus: “Laa ilaaha illa Anta Subhaanaka inni kuntu minadzdzalimin”. Yakni apa saja, termasuk wujud jiwa raganya telah benar-benar diperjuangkan (jihadunnafsi dengan harta, jiwa, tenaga dan pikiran-pikirannya) supaya benar-benar nafi. Benar-benar nyata tidak ada (=makna laailaaha) hingga sama sekali tidak akan menjadi hijab terhadap penglihatan mata hatinya terhadap yang selalu ditetapkan dalam rasa hatinya (=makna illallah=illa Anta=illaAna). Yaitu DiriNya Zat Yang Allah AsmaNya. Dan pengakuan ini sebagai hamba yang paling zalim, paling apes, paling hina, tidak bisa apa-apa, tidak tahu apa-apa, tidak punya apa-apa, akan selalu membangkitkannya untuk deple-deple kepadaNya, berpasrah diri kepadaNya, ngandul (bergantung) kepadaNya dan mepet (selalu lengket) dengan DiriNya.

0 komentar:

Post a Comment